Pamekasan - Ratusan
massa dari Aliansi Mahasiswa Pejuang Rakyat (AMPERA) bersama partisan
pasangan Cabup KOMPAK Kholilurraham-Masduqi) kembali menggelar demo di
Kantor Panwas Pilkada Pamekasan Sabtu (02/02/2013) siang.
Massa Amperda dan Partisan cabup Kompak Demo dan bakar Ban menutup Jalan Trunojoyo Pamekasan. (Foto: Suhil karimatafm.com) |
Dalam orasinya korlap Aksi Zainal
mengatakan, Ampera menolak keputusan KPU Propinsi Jawa Timur yang
memaksakan salah satu pasangan calon untuk bisa lolos mengikuti Pilkada
yang cacat hukum.
Kepada Bawaslu Ampera juga meminta agar
memecat Panwaslu Pamekasan karena membuat kekacauan dalam pelaksanaan
Pilkada Pamekasan dan kepada KPU Pusat juga meminta agar secepatnya
memecat KPU Propinsi Jawa Timur karena tidak professional dan tidak
proporsional.
“Kita kembali tegaskan bahwa selama ini
Panwas dan KPU tidak professional dan tidak becus melaksanakan tugasnya
selama Pilkada Pamekasan,” teriak Zainal.
Selain sambil mengusung sejumlah poster
dan membentangkan spanduk panjang yang bertuliskan “Kedhaliman pada
Pemilukada Pamekasan akan segera hancur”, aksi juga sempat diawali
dengan teatrikal berupa boneka pocong sebagai symbol matinya demokrasi
dan gambaran pelaksana pilkada yang sudah menjadi hantu dan mayat hidup.
Bukan itu saja, setelah berorasi depan
kantor Panwas Pamekasan di areal Eks Stasiun PJKA di Jalan Trunojoyo,
mereka bergeser ke jalur utama Jalan Trunojoyo Pamekasan membakar ban
bekas di tengah jalan raya sehingga jalur lalu lintas di tutup dan
dialihkan.
Lagi-lagi, ini mengorbankan para
pengguna jalan dan mengakibatkan arus lalu lintas dialihkan, karena dari
jembatan Gurem hingga SPBU Kangenan akses jalan ditutup dua arah. Para
pengguna jalan banyak kecewa dengan aksi tersebut.
Hasyim (42), seorang sopir truk yang
mengangkut semen saat itu harus melewati jalur kangenan menuju Pademawu
untuk bisa melintas ke jalan raya Sumenep. “Ini aksi hanya membuat orang
kerepotan terutama masyarakat kecil yang tidak tahu apa masalahnya,”
kata Hasyim, dengan nada kecewa.
Menurutnya, jika memang masalah Pilkada
semua masyarakat sudah tahu bahwa Pilkada Pamekasan sudah digelar dan
berjalan aman lancar. “Memang saya bukan masyarakat Pamekasan, tapi
ironis sekali saya melihat aksi ini. Karena dari semua ini sudah terbaca
bahwa para politisi Pamekasan masih belum ada yang dewasa, dan saat ini
hanya menampakkan ketidakberdayaannya,” tegasnya.
Jika memang tidak siap menjadi politisi,
lanjut Hasyim, maka berbisnis saja atau jadi kontrol pemerintah saja.
“Karena kedewasaan para politisi itu bisa dilihat saat mereka kalah
dalam sebuah pertarungan. Kalau siap menang itu biasa, tapi ketika siap
kalah itu baru luar biasa,” pungkas Hasyim.
Memang, selama 2 hari berturut-turut
Ampera menggelar aksi di lokasi yang sama untuk menolak hasil pilkada
Pamekasan dan meminta panwaslu untuk mempertanggungjawabkan semua
rekomendasi yang telah dikeluarkan serta meminta pihak Bawaslu memecat
anggota Panwaslu Pamekasan. (tanziel/karimatafm.com)
Sumber : karimatafm.com
Post a Comment