
Di
antaranya Kopajaa, GPRS Pamekasan, BMM, DPC PMII Pamekasan, BEM STAIN
Pamekasan, Komunitas Pemuda Anti Korupsi (KOMPAK), GERAM Pamekasan, KMB,
DPC GMNI Pamekasan, dan SAMAR. Ketegangan terjadi saat Ketua Komisi B
DPRD Pamekasan Hosnan Ahmadi memberikan penjelasan kepada massa MPM
terkait parkir di Pamekasan.
Saat itu
ada salah satu pedemo berceletuk, sehingga situasi tersebut menyulut
emosi. Sontak, mikrofon yang dipegang Hosnan Ahmadi diduga dilemparkan
ke pedemo. Akibatnya, massa MPM langsung menerobos serta ingin menjarah
Hosnan. Namun tindakan tersebut dihadang aparat kepolisian. Pada saat
itulah terjadi kericuhan.
Karena
belum puas, massa beralih ke pintu keluar, mereka hendak menghadang
Hosnan yang akan keluar dengan menggunakan mobil. Dan ketika ada salah
satu mobil pelat merah keluar yang dianggap dikendarai Hosnan, hampir
menjadi sasaran amukan massa. Bahkan salah satu pedemo memegang batu
untuk dihunjamkan ke mobil tersebut.
Diyakini
bukan Hosnan, massa menyegel pintu keluar. Upaya tersebut sebagai
langkah untuk berjaga dan menyisir setiap mobil anggota dewan yang akan
keluar. Setelah itu, massa kembali menuntut agar Hosnan keluar. Sekitar
dua puluh menit setelah diadakan negosiasi dengan aparat kepolisian
dengan kesepakatan agar tidak terjadi kericuhan, Hosnan pun siap bertemu
dengan para pedemo.
Dengan penjagaan
langsung dari Kapolres Pamekasan AKBP Nanang Chadarusman bersama Kabag
Ops Kompol Ikhwanuddin dan puluhan aparat kepolisan, Hosnan memberikan
penjelasan untuk kedua kalinya. Hosnan mengungkapkan, bahwa yang
diungkapkan sudah sesuai dan masalah parkir diakui sudah lama dibahas.
Hasilnya, hingga sekarang di bawah tidak ada masalah. ”Kami komisi B
sudah kroscek ke bawah, ternyata tidak ada masalah dan keluhan,”
ungkapnya.
Namun massa MPM tetap
dalam tuntutan agar Hosnan meminta maaf kepada publik. Sebab versi
pedemo, Hosnan di salah satu media mengungkapkan bahwa demo parkir
sebelumnya yang diangkat oleh sejumlah aktivis mahasiswa sudah tidak
produktif lagi dan sudah kedaluwarsa. ”Saya memang dipilih oleh rakyat,
namun tanpa harus menyaring serta tanpa memprioritaskan segalanya. Akan
tetapi, masalah parkir sudah jelas dan sudah tertuang dalam perda,”
ungkapnya.
Massa yang tidak puas
terus ngototagar Hosnan meminta maaf di hadapan pedemo dan publik. Bahwa
ucapan yang pernah dilontarkan termasuk mencederai demokrasi. Lagi-lagi
tuntutan pedemo tidak diindahkan, dan demi me-luapkan kekesalannya,
massa beralih ke depan papan nama gedung DPRD. Di tempat itu, massa
kemudian membaca tahlil dan doa bersama.
Dan tanpa diduga oleh aparat, para pedemo langsung merusak tulisan dan logo kantor DPRD dengan bambu. Usai aksi pedemo tersebut, Wakil Ketua DPRD Muhdlar Abdullah dan Sekretaris DPRD Arief Handayani sepakat akan melaporkan tindakan perusakan yang dilakukan oleh pedemo tersebut. ”Lihat saja Mas, ini sudah perusakan dan ini sudah melanggar hukum,” ungkapnya.
Post a Comment